Kapanlagi.com – Film terbaru Hanung Bramantyo, Gowok: Kamasutra Jawa, mengangkat tema sensitif tentang edukasi seksual dalam balutan budaya Jawa. Film ini dijadwalkan tayang pada 5 Juni 2025, setelah sebelumnya debut di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025.
Berkisah tentang peran ‘gowok’, perempuan pengajar seni seksual pada calon pengantin pria, film ini menyisipkan berbagai elemen magis, termasuk penggunaan mantra. Namun siapa sangka, seluruh mantra yang terdengar dalam film ini ternyata merupakan hasil rekaan Hanung sendiri.
“Gowok itu kan doanya pakai mantra, semua mantra disini rekaan saya ya,” ujar Hanung saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).
Advertisement
1. Alasan Hanung Bramantyo Menciptakan Mantra Sendiri
© KapanLagi.com/Muhammad Akrom Sukarya
Alasan Hanung menciptakan mantra sendiri bukan karena tak ingin menghadirkan nuansa otentik, melainkan lebih karena rasa takut terhadap hal-hal di luar nalar.
“Kenapa saya pakai rekaan karena saya gak berani, ada mantra aslinya tapi saya gak berani,” lanjutnya.
Hanung secara blak-blakan mengungkapkan kekhawatirannya jika mantra asli justru membawa kejadian mistis yang tak diinginkan di lokasi syuting.
“Kalau datang beneran kan repot saya, saya tiba-tiba digowok dia (Lola) kan repot,” tuturnya sembari berkelakar.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)
2. Perkenalkan Istilah “Atmaprawesa”
© KapanLagi.com/Muhammad Akrom Sukarya
Dalam film ini, Hanung juga memperkenalkan istilah “Atmaprawesa” yang berasal dari mantra rekaannya. Ia menyandingkan istilah tersebut dengan referensi dari Tiongkok, yaitu kitab Tsu Nu Jing.
“Jadi semua Atmaprawesa itu dari saya, kitab aslinya Tsu Nu Jing itu dari Cina ada kitab aslinya, tapi udah bukan bentuk kitab udah hanya lembaran aja,” jelas Hanung.
Advertisement
3. Memilih Jalur yang Lebih Aman Secara Spiritual
© KapanLagi.com/Muhammad Akrom Sukarya
Namun, Hanung menegaskan bahwa upaya ini bukan berarti mengabaikan orisinalitas atau budaya yang ada. Ia tetap menghormati sumber aslinya, hanya saja memilih jalur yang lebih aman secara spiritual.
“Bukan saya gak mau otentik, saya mau tapi takut. Saya bukan takut masuk pengadilan tapi saya takut kesurupan,” tandasnya.
Dengan pendekatan penuh pertimbangan ini, Gowok: Kamasutra Jawa menjadi film yang tidak hanya menghibur, tapi juga menantang tabu seputar edukasi seksual dalam budaya Indonesia.
(Ayo ikuti saluran WhatsApp KapanLagi.com biar enggak ketinggalan update dan berita terbaru seputar dunia hiburan tanah air dan juga luar negeri. Klik di sini ya, Klovers!)